-
alt text

1

Sebagai orang Lampung yang baik, saya harus memperkenalkan budaya kami kepada

Link #1
alt text

2

SMA Negeri 9 Bandarlampung, salah satu SMA terbaik di Lampung.

Link #2
alt text

3

Salah satu tempat wisata di sudut kota Lembang, Bandung, Jawa Barat.

Link #3
alt text

4

BlackBerry 10, dilengkapi fitur LTE dan resolusi kamera 1280 x768p. Wow !

Click Here
alt text

5

Gagal LDR ? Tenang, baca faktor-faktor gagalnya LDR di sini....

Link #4
alt text

6

Tanda tangan terlebay dan terheboh sedunia. Ter-makan tempat..

Link #4
alt text

7

Pinterest adalah sebuah website mirip.....

Read Here
alt text

8

Yang belum follow Twitter saya, mending follow dulu deh...

Click Here

Top Stories

[SHORT REVIEW] Satria November 2 by Mia Arsjad

  • Rabu, 31 Desember 2014
  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Data Buku


    Judul                       = Satria November 2
    Penulis                    = Mia Arsjad
    Publisher                 = Gramedia Pustaka Utama (GPU)
    Cetakan Pertama   = 2014
    Jumlah Halaman     = 272






    Ringkasan Cerita
    Jenggg...jenggg...beberapa hari belakangan ini kok Mima merasa diikuti seseorang ya? Ah, siapa sih? Emang sih Mima bawel dan nggak bisa diem, tapi apa iya kebawelannya itu bikin dia jadi dikuntit seseorang secara diam-diam gini? Nyeremin banget sih.

    Oh, ternyata yang ngikutin Mima selama ini Inov toh. Ya ampun, Inov bukannya masih di Surabaya buat menjalani rehabilitasi dan penyembuhan dari 'sisa-sisa kebandelannya' dulu? Kok sekarang dia tiba-tiba ada di Bandung sih? Oh, Mima tahu nih, pasti Inov mau kasih surprise nyenengin di hari ultah Mima yang memang tinggal beberapa hari lagi ini! Ya ampun, sweet banget sih, Nov!

    Tunggu dulu, tapi kayaknya Inov ke Bandung bukan mau bikin surprise buat Mima deh. Ada sesuatu lagi yang disembunyikannya. Masalah baru. Ya ampun Inov, dia kesandung masalah apa lagi kali ini?


    Review dan Komentar
    Waktu dua jam yang dibutuhkan untuk menamatkan sekuel satu ini membuktikan bahwa buku ini emang seru sehingga layak dibaca sekali duduk.

    Mima dan Inov. Buat yang nggak tahu kisah Mima dan Inov di serial pertama: Inov ini adalah anak Tante Helena, kawan mama-nya Mima, yang dititipkan di rumah Mima dalam rangka perbaikan sikap (yaelah bahasa gue ancur amat, perbaikan sikap). Inov ini sebelumnya ketahuan memakai narkoba, jadi setelah ditaruh di panti rehabilitasi dan sembuh, doi dititipkan di rumah Mima gitu supaya bisa mempercepat kesembuhan si Inov. Mima awalnya belingsatan, tapi lama kelamaan nerima juga. Ternyata, gembong narkoba beserta kelompok tempat Inov biasa 'pesta' obat-obatan terlarang itu nggak terima gitu aja si Inov tobat dan berhenti memakai narkoba. Mereka memutuskan buat neror hidup Inov. Di sinilah petualangan Mima dan Inov di serial pertama dimulai.

    Yang patut diacungi jempol dalam buku ini adalah keahlian Mia Arsjad dalam meramu masalah selanjutnya yang harus dihadapi Inov dan Mima. Ternyata komplotan narkoba yang mereka jebloskan ke penjara itu nggak terima gitu aja (ya iyalaaaah jelas), jadi komplotan itu menyusun skenario balas dendam kepada Inov dan Mima. Inov harus kerjasama dengan kelompok begal dan rampok suruhan Revo, gembong narkoba tempat Inov dulu, demi ngumpulin duit tebusan supaya bisa ngeluarin Revo dari penjara (Inov dan Mima lah yang berhasil memenjarakan Revo). Kalau Inov nggak mau, nyawa Mima dan Mika, kembaran Mima, jadi taruhannya.

    Dari segi karakter, di buku kedua ini,baik tokoh utama maupun tokoh pendukung semuanya lebih di-explore oleh penulis. Seperti appearance-nya Inov yang digambarkan secara lebih detail (sehingga gue lumayan bisa membayangkan rupa-rupa Inov yang rambutnya messy messy gimana gitu mirip Austin Butler). Inov juga sekarang perawakannya katanya udah nggak terlalu begeng alias ceking lagi seperti di buku pertama. Udah lebih berisi dan lebih laki lah hahaha. Dari segi sifat juga Inov lebih matang dan wise. Untuk Mima juga, walaupun tetap ceriwis dan bawel as always, tapi di buku kedua ini doi dibuat lebih dewasa dan nggak terlalu meledak-ledak lagi. Dan untuk Gian, yang setelah melewati berbagai macam proses PDKT sama Mima di buku pertama dan pada buku kedua ini sukses menjadi pacar Mima, ternyata aslinya orangnya rada diktator gitu. agak mengecewakan sih. Tapi ya, Gian juga ga bisa disalahin juga, mau bagaimanapun Gian pasti ngerasa cemburu dan terusik lah melihat Mima jadi dekat-dekat lagi dengan Inov, malah terhitung lebih intim dari sebelumnya!
     
    Jadi ya begitulah, Satria November dan Elmima Srikandi Millenia (namanya Mima lucu ya) kembali terlibat dalam petualangan menegangkan bersama kelompok begal dan rampok. Hahaha. 

    Nggak nolak sih kalau mau dibuatin Satria November 3. Pasti dibeli kok :)


    Rating gue di GoodReads: 4 of 5. Baca review gue di GoodReads di sini.
    Read More...

    Line Book Shop

  • Rabu, 20 Agustus 2014
  • by
  • Alya Nurhafidza


  • Pertama belanja-belanji di Line Book Shop itu… gue lupa tepatnya tanggal berapa yah, yang jelas masih di tahun 2014 ini.  Waktu itu lagi cari-cari info yang jual buku kolpri di Twitter.  Search sana, search sini, eh, suatu tweet (lupa tepatnya tweet apaan), membawa gue ke akun @LineBookShop. Ngebaca bionya aja udah gini: Bookshop yg menjual buku kolpri segala genre. Kondisi bagus & asli, bukan bajakan”. Uwah! This is what I’ve been looking for nih, gumam gue dalam hati waktu itu.

    Bio twitternya
    Tweets-tweetsnya



    Langsung tanpa banyak babibu lagi, @LineBookShop pun officially listed on my following page. Gue cek tab favoritesnya, lalu scroll down sampe tweets bawah-bawah. Dari situ gue tahu kalo LineBookShop upload foto tiap Rabu dan Minggu (dulu dua kali seminggu kan ya? Kok sekarang cuma sekali sih? Sedih deh…).

    Karena waktu dulu gue pertama follow LBS bukan di hari Rabu/Minggu, jadi gue kudu bersabar nunggu sampe jadwal upload-an pun tiba. Akhirnya, tiba juga. Excited sekali nunggu kira-kira koleksi apa aja yang bakal diupload.

    Dan, wuh! Bukunya bagus-bagus semua *insert mata belo emoticon here*. Bukunya itu rata-rata buku yang banyak dicari orang, jadi nggak heran kalo kita harus cepet-cepetan untuk nge-book-nya. Terbukti malem itu gue beberapa kali gigit jari karena tweets, “book yang ini ya” ternyata di-reply sama adminnya dengan kalimat, yang itu udah booked, kakaaaak. Kalah cepet. Keseeeel!
    avatar twitter nya LBS

    Salah satu dari sekian buku-yang-gue-kalah-cepet-bookingnya waktu itu gue inget adalah All You Can Eat-nya Christian Simamora. Ugh! Rasanya kesel banget, udah semangat-semangat ngincer yang itu, eh kalah cepet. Tapi untungnya terobati dengan kehadiran karya Christian Simamora yang lain, yaitu Pillow Talk dan novelnya Nina Ardianti yang Restart. Setelah kirim sms (waktu itu line gue habis paket kuota, jadi terpaksa via cara konvensional: sms) dan dilayani dengan ramah oleh admin-adminnya, maka esok harinya, gue transfer seharga buku dan ongkir (catet: gue suka belanja di sini karena ongkirnya muraaaaah. Thanks to God yang menciptakan rumah gue di Lampung dengan lokasi LineBookShop yang  di Jakarta, jadi ongkirnya cuma limabelasrebu apa tujuhbelasrebu gitu ya)  dan…tadaaa. Buku yang pertama kali beli di LBS adalah Restart dan Pillow Talk.

    Dua hari kemudian (cepet dong), paketnya nyampe. First impression begitu dapet  paketnya: packagingnya rapih. Hehehe. Dan begitu buka isinya, ugh ga kecewa. Beneran.  Mulus seperti buku baru persis yang cuma dilepas segel plastiknya. Mana harganya jauh lebih murah pula dari harga baru di toko buku. Jadi intinya: buku baru, harga second. Hehehe :p
    Perburuan pertama

    Sejak dari situ gue selalu buka twitter LBS tiap jadwal upload berikutnya. Kemudian LBS pernah jual buku yang sudah lumayan lama nangkring di rak to-read GoodReads gue:  I Hate Rich Men-nya Virginia Novita. Uwaaaw, buku itu udah lama gue cari-cari tapi nggak nemu karena udah lumayan uzur tahun terbitnya. Eh, LBS jual dengan kondisi cuma lepas segel seperti baru, tapi harganya cuma dua puluh delapan ribu! Fix, nggak banyak cingcong lagi langsung ambil hape, buka Line, chat ke admin LBS yang ber-ID-kan bellazoditama, dan order! Beberapa hari kemudian, I Hate Rich Men yang bener-bener kayak baru itu plus Dan Hujan Pun Berhenti-nya Farida Susanty pun dianter Mas Wahid, kurir JNE langganan, ke rumah.
    Pengadopsian selanjutnya
    Begitulah kira-kira kesan selama belanja-belanji di @LineBookShop. Percaya lah, bookshop satu ini memang trusted dan tidak mengecewakan. Selain buku-bukunya yang dihargai lumayan miring, koleksi-koleksi buku di tab favoritenya memang most wanted semua. Percaya nggak? Ya harus percaya lah, gimana sih! *insert emot gebuk meja here*

    Sekarang aja, kalau nggak inget kondisi ATM yang lagi sakit-sakitan (re: menipis), gue mungkin sudah dengan nggak tahu dirinya, kerakusan lagi milih buku ini itu dan kemudian order *patahin ATM*.

    Pesen gue satu: kalo lagi belajar berhemat, jangan coba-coba cek tab favoritesnya LineBookShop. Kenapa? Karena lo pasti bakalan kalaaaaap dan nggak bisa nahan desire untuk belanja buku yang bermutu plus berharga miring di sono. Belinya pasti nggak cuman satu, tapi bakalan dua, tiga, empat, lima, atau lebih. Karena ya itu tadi, koleksi bukunya LineBookShop memang suka bikin orang khilaf :p Nggak percaya? Buktinya bulan ini LineBookShop merayakan anniversary mereka yang kesatu. See? Mereka bisa bertahan di tengah bookshop-bookshop lain karena kualitas yang mereka punya.

    Happy first anniversary, LineBookShop. Jaya selalu dan….turunkan lagi harga bukunya, ya. Hahaha
    Read More...

    [SHORT REVIEW] With You by Christian Simamora dan Orizuka

  • Minggu, 17 Agustus 2014
  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Data Buku
    Judul: With You: Sehari Bersamamu
    Penulis: Christian Simamora dan Orizuka
    Publisher: GagasMedia
    Cetakan pertama: 2012
    Jumlah halaman: 295




    Ringkasan Cerita
    Cinderella Rockefella - Christian Simamora
    Model kawakan macem Cinderella 'Cindy' Tan mana mau sih kenalan sama model 'hijau' kayak gue? Kira-kira gitu mungkin kalimat yang terlintas di pikiran Jeremiah 'Jere' Fransiskus saat pertama kali tergoda melihat sosok Cindy Tan, dengan suara super toa-nya, sedang terlibat percakapan tensi tinggi via telepon dengan sahabatnya. Namun, dengan segenap keberanian yang ia pertaruhkan bakal tercecer sana sini jika ditolak, Jere memberanikan diri menyapa cewek yang baru saja berada dalam satu project frame dengan dirinya itu. Dan hasilnya? Benar kan! Dia lumayan jutek dan jual mahal. Eits, eits... tapi tunggu dulu, dia berubah pikiran! Serius nih Cindy mau diajak dinner ke Guitar? :)

    Wow, it would be AN AWESOME DAY!

    Satu hari yang akan mengubah perspektif Jere dan Cindy tentang cinta.

    Sunrise - Orizuka
    Lyla pikir, mengasingkan diri ke Pulau Karimun setelah putus dari Juna bakalan membuatnya lebih tenang. Ternyata enggak. Worse, sang mantan itu ternyata juga lagi berada di Karimun Island bersama dengan klub selamnya. Lyla jelas kalang kabut. Tujuannya ke sini kan buat menghilangkan ceceran-ceceran jejak Juna yang masih mengendap di pikirannya, tapi yang ada mereka berdua malah seperti mengalami rekonstruksi semua kenangan dan cerita manis mereka dari awal bertemu. Kehadiran Fadhil, tour guide-nya Lyla, justru malah memperburuk suasana. Lyla nggak bisa berhenti deg-degan tiap mandangin cowok maskulin itu!

    Satu hari yang akan memutarbalikkan hati plus akal sehat Lyla dan Juna.


    Review dan Komentar
    With You adalah salah satu hasil produksi dari program duet menulis (no, bukan cuma nyanyi yang bisa duet, even menulis pun bisa) yang dikeluarkan oleh GagasMedia dan dikenal dengan nama GagasDuet. Jadi, jangan pasang tampang alis bertaut gitu melihat dua nama penulis di cover.

    Kalo boleh gua bilang, With You ini sebenarnya adalah sebuah jomplang combo (pardon my says). Kenapa? Karena ya jelas, Christian Simamora dan Orizuka bener-bener an unmatched combination. Berani banget, Al, bilang kayagitu. Ah, nanti kita bahas di paragraf berikutnya, ya.

    Sebelum Cinderella Rockafella dimulai, kita akan disuguhi dulu narasi penghubung antara cerita buatan Christian Simamora dengan buatan Orizuka. Bahwa ternyata, benang merah antara Cindy dan Lyla adalah mereka berdua ini sepupuan. Dan buku ini diawali dengan scene di mana Cindy dan Lyla sedang ngopi ngeteh lucu di kafe dan saling curhat tentang kehidupan cinta masing-masing.

    ---
     (Backsong: Colbie Caillat - Fallin' for You. Ya, i personally menyarankan kalian untuk baca part ini dengan genjrengan gitar dari Fallin for You)

    Cinderella Rockefella menjadi tulisan Chrismor kesekian yang gue baca. Dan kesan yang didapat dari tiap habis membaca tulisan Chrismor ini satu: never have a dull moment with. Dan cerita ini salah satunya. Ah-mazingly beautiful.

    Lagi, lagi, Chrismor memaparkan cerita Cindy dan Jere dengan lincah, detail, dan licin [[[....EBUSET LICINNNN......]]] Iya, membaca cerita cinta satu malamnya Cindy dan Jere terasa seperti menggelindingkan badan di lantai yang habis dipel: lancar tanpa hambatan (anyway, monyet kontet dari kutub mana juga yang mau gelindingan di lantai yang habis dipel. Another shitty parable from me) Tap, tap, tap, beres lancar. Itu enaknya.

    Dan selalu salut terhadap Chrismor's ability to pay attention to detail untuk scene-scene di novelnya. Jadinya ngebuat semua scene jadi berasa beneran idup dan nyata. Yah, walaupun ada beberapa penjelasan yang malah terkesan seperti manjang-manjangin-kalimat-dan-paragraf's-trick. Jadinya terkesan lebay. Seperti, adegan Cindy dan Jere baru sampe di Guitar. Kemudian dateng pelayan. Nggak perlu lah kita dikasitau siapa nama pelayannya, which is Lala dan juga Mas Adam. Doesn't matter aja. Hehehe. 

    Tapi tenang, cuma satu atau dua biji kok manjang-manjangin-kalimat-plus-paragraf's-trick -nya. Sisanya oke punya.

    Chrismor juga sukses memasukkan the sense of 'brondong' ke jiwa Jere. Penempatan sifat dan karakter yang pas terhadap Jere maupun Cindy. Sesuai dengan keadaan tokohnya, yang sama-sama berprofesi model dan dari kalangan atas (automatically hedon so much)

     ---
    Sebelum beralih ke Sunrise, kita dilempar lagi kembali ke scene ngopi di Starbuck ala-ala Cindy dan Lyla. Dan sekarang giliran Lyla yang cerita.

    (Backsong: Maudy Ayunda - Tahu Diri. Hahahaha udeh nurut aja, cocok kok lagu sama isi ceritanya)

    Nggak bisa berkomentar banyak untuk Sunrise ini. Karena to be honest, I'm not really into that story. Jangan salahkan ceritanya. Gue aja yang memang kurang doyan dengan gaya menulis Orizuka yang tergolong...ughh...stagnant. Terbukti di halaman-halaman awal yang beneran bikin mati bosen. Sorry, tapi beneran ini cuma masalah selera dan kesukaan aja sih. Buktinya, Orizuka udah ngeluarin belasan buku dari berbagai penerbit dan pembacanya banyak tuh :)

    Padahal ide ceritanya lumayan oke (walaupun lagi-lagi agak klise: menghindar dari mantan, eh malah sebaliknya, ketemu). But I shud admit, bahwa Sunrise jauh lebih nendang daripada I for You (karena the sad truth is, gue baru baca novel Orizuka yang I for You and found myself not liking that book). Ya, cerita Juna dan Lyla lebih asik buat dinikmati dibandingkan Surya dan Cessa (I for You) yang sumpah, sinetronisme banget! Tapi sempet agak menemui kejanggalan. Di awal-awal Sunrise, disebutkan kalo Lyla itu looks-nya biasa banget. Tapi kemudian, di halaman-halaman akhir (pas bagian Cindy dan Lyla), Cindy yakin sepupunya itu cocok banget pacaran sama model-model atau artis. Nah lho. How come?

    ---

    So? See the differences? Chrismor yang terkenal dengan line-line andalannya yang 'menjurus' (eeits, menjurus, metromini kale ah). Sementara Orizuka? Lempeng-lempeng sajaaaaaa...(please, read this statement by using Kotak-Pelan Pelan Saja's tone). Jomplang combo, right?

    Overall, tetep gak mengurangi niat hati gue untuk menyumbang bintang empat di GoodReads

    Eh anyway, suka pas percakapan penutup antara Lyla dan Cindy

    Cindy: "Tapi ya, La. Si Bolang itu gak up to date. Bajunya itu itu mulu"
    Lyla: "Cin..."
    Cindy: "Okay..okay. Terus rambutnya itu loh, bisa gak lebih gayaan dikit?"
    Lyla: "Dia udah botak, Cin."
    Cindy: "Oh, oke. How about a lil bit makeover...blablabla"
    Lyla: "He looks just fine."
    ...

    Dan blablablanya lagi. It's truly funny :-D .
    Read More...

    [SHORT REVIEW] Al Dente by Helvira Hasan

  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Data Buku

    Judul: Al Dente: Waktu yang Tepat untuk Cinta
    Penulis: Helvira Hasan
    Publisher: GagasMedia
    Cetakan pertama: 2014
    Jumlah halaman: 255







    Ringkasan Cerita
    Seperti apa rasanya dijodohkan dengan seseorang yang sudah lama kita anggap sebagai adik atau kakak kita? Silakan tanyakan itu kepada Cynara dan Benjamin Farid, sepasang newly wed yang sebenarnya memiliki sifat cukup bertolak belakang satu sama lain. Mestinya tak sulit buat mereka to start to love each other, toh kedua belah pihak keluarga mereka memang sudah menjalin hubungan akrab sejak lama. Namun tidak bagi Nara. Ia sebenarnya tak terlalu nyaman menyandang status sebagai istri pria kutu buku itu. Nara sudah terlanjur nyaman menganggap Ben sebagai kakaknya sendiri. Sementara bagi Ben, ia yakin tidaklah terlalu sulit untuk belajar mencintai Cynara yang notabenenya adalah sahabat Dita, adik Ben sendiri.

    Seakan keraguan yang masih menghinggapi Cynara terhadap pernikahannya tak cukup mengganggu, muncul lagi masalah baru yang nggak kalah pelik. Kehadiran Elbert, the most wanted man all time versi-nya Cynara, yang kembali merasuki kehidupan Cynara tak ayal membuat dokter gigi cantik itu semakin linglung akan hatinya sendiri. Dan Ben, bener nggak sih kalau Ben itu ternyata masih ada hati untuk Milly, sahabat sekaligus cinta pertama pria pendiam itu?


    Review dan Komentar
    Yeah, i get this book bahkan sebelum buku ini edar di toko buku (karena kebaikan hati penulisnya plus pihak penerbit hehehe). Dan begitu tau tokoh utama pria dalam novel ini adalah seseorang yang doyan baca dan pendiam, gue langsung makin semangat bacanya. Hehehe. My own taste.

    Judulnya ternyata diambil dari bahasa Italia. Itu sebuah istilah untuk spaghetti yang dimasak dengan waktu dan cara yang tepat, sehingga menghasilkan tekstur, kelembutan, dan rasa yang tepat. Jadi al dente maksudnya pas dan tepat gitu. So, does it relate to the story? Wooo, yaiya dong. Dan sebelum baca buku ini, baiknya siapin dulu pasta siap saji macam la font* or another kind of that. Penggambaran spaghetti di buku ini lumayan maknyus, sehingga cukup mancing perut untuk laper.

    Mari beralih ke cerita. Ceritanya cukup ngalir. Apalagi ditambah dengan pengambilan PoV yang dari dua arah, yaitu Pov Cynara dan Ben, semakin memperlancar penulis dalam bercerita. Kedua PoV tersebut dibedakan dengan font. Oh well, tadinya gue sempet nggak ngeh. Loh, ini udah sudut pandang si Ben, tapi kok nggak ada semacam tanda atau bacannya gitu sih. Begitu diperhatiin lebih lanjut, ternyata font-nya beda.

    Ada reviewer di GR yang bilang bahwa karakter Cynara sebenarnya amat sangat manusiawi. Then i put my agreement there. Ya, Cynara terasa bener-bener seperti cewek-cewek dalam sehari-hari kita: ngeselin (hello, the owner of this blog is the only exception hahaha taeeee). Cynara, you're really fuckin annoying. Di tengah her marriage life yang goyah ampun-ampunan, dia masih sempat-sempatnya jalan sama si Elbert Einstein (no, he's without Einstein. Pardon my jokes, ya).

    Dan untuk Ben. Hei, Ben, gue paham lah elo tipe-tipe cowok yang nggak suka ngomong, apalagi sweet talk, dan biasanya sekalinya ngomong rada-rada ngejengkelin karena sounds ketus. Tapi, heeeeh, your spouse is having a joy with the one she wait the most, dan elo yakin bisa segitu sabar dan nggak ambil tindakannya? Entahlah, mungkin bakalan terasa lebih WAAAAW seandainya Kak Helvira menyisipkan adegan tonjok-tonjokan-ampe-bonyok-antara-Ben-dan-Elbert-karena-Ben-dah-gak-tahan-bininya-digodain-mulu. Yah, sekaligus declare bahwa Ben itu pinter, cool, tampan, dan juga MACOOOOOO! Hahaha. subjectively opinion.

    Tata bahasa cukup oke. Typo nggak terlalu banyak (ehm, good deed, proofreader). Sayangnya, ada beberapa kalimat yang sounds sooo baku, tapi kemudian di kalimat selanjutnya justru kalimat gaul sehari-hari yang dipake. Tapi untuk penggambaran beberapa scene sayangnya terasa not really detail. Kayak scene Cynara dan Dita ketemu Elbert di outlet Mango, West Mall. Walaupun penulis dah berusaha menjabarkan keadaan di sana secara terperinci, tetap aja gue merasa sebenarnya detail-detail itu masih belom cukup untuk benar-benar menghidupkan adegan plus dialog yang terjadi di sana. Nanggung gitu, maksudnya.

    Lalu di beberapa bab terakhir (berisi moment Nara dan Ben yang akan segera...hmm, let guess, baikan atau justru berpisah?), emosi pembaca akan semakin dipermainkan. Diaduk-aduk, diputer-puter, blablabla...dan i really like it! So somersaulting!

    But overall... yes, i'm gonna list myself to buy Helvira Hasan's next work :)

    Review gue di GoodReads: 4 of 5. Baca review GoodReads gue di sini.

    Read More...

    [SHORT REVIEW] Negeri Van Oranje by Wahyuningrat, Adept Widiarsa dkk.

  • Kamis, 14 Agustus 2014
  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Data Buku
    Judul: Negeri van Oranje
    Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana
    Publisher: Bentang Pustaka
    Cetakan pertama: April 2009 (cetakan edisi I) dan Juni 2014 (cetakan edisi II)
    Jumlah halaman: 575






    Ringkasan Cerita
    Stasiun Amersfoort, badai, keretek, dan takdir adalah empat hal tak terduga yang mempertemukan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri di negeri Belanda. Dengan latar belakang kehidupan masing-masing yang amat berbeda, Lintang si penari dengan gelar cumlaude sastra, Banjar si eksmud marketing manager perusahaan rokok, Wicak si aktivis di sebuah LSM kehutanan Indonesia,  Daus si PNS di Departemen Agama, dan Geri si anak pengusaha konglomerat yang tajir melintir,  maka hanya ada satu persamaan yang melintasi mereka semua: status mereka sebagai mahasiswa magister di Belanda.

    Maka, nikmatilah cerita perjalanan mereka dalam menikmati hidup sebagai mahasiswa rantau di Eropa. Segala konflik dan rintangan yang muncul, mereka berusaha hadapi dengan tetap terus menjalin erat persahabatan mereka. Mulai dari semalaman begadang demi paper, lelahnya badan karena terpaksa kerja part-time, berjam-jam duduk dan saling berkirim pesan di surel dan milis mereka, saling dukung dan menyemangati, sampai akhirnya jatuh cinta diam-diam satu sama lain...


    Review dan Komentar
    Empat bintaaaangggg !!!

    Mari beri tepuk tangan yang meriah untuk novel ini!

    Selamat untuk keempat penulis yang sukses banget membuat sebuah cerita yang menarik dan menghibur pembacanya.

    Gelar best seller yang disematkan di novel ini membuat gue jadi super penasaran mo nongkrongin isinya. Sayangnya, karena sudah tergolong dalam kategori novel lumayan uzur, agak sulit mendapatkannya di Gramedia kota sini (kecuali online book shop).

    Sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu gue menemukan kabar gembira (no, stop saying kulit manggis, i will never have any worries to stab on you) di timeline @bentangpustaka bahwasannya NvO akan segera di-republish dengan penampilan yang jauh lebih fresh. Maka, here it is officially, di rak gue kini terjejer Negeri van Oranje edisi cetak ulang dengan cover yang 'distract pople to read'.

    Dan ternyata nggak cuma cover yang looks gorgeous, isinya pun nggak kalah hypnotize ah-mazingly. Novel ini  dilengkapi dengan pilihan diksi yang pas dan tak terasa aneh. Bukan cuma itu, gue merasa bahwa the way of authors talk to mengandung amat banyak ilmu tapi hebatnya tetap terkesan sederhana dan tidak menggurui. Padahal, setelah menutup novel ini, gue sadar betul banyak suntikan pengetahuan baru yang didapat. A powerful teamwork.

    Cara Wahyu, Adept, Annisa, dan Rizki mengkarakterisasikan Lintang, Geri, Daus, Wicak, dan Banjar juga terkesan amat manusiawi. Nggak muluk-muluk istilahnya. Dan gue memberi standing ovation untuk karakter Banjar dan Geri yang sangat loveable (terlepas dari background kaya-raya yang menghiasi kehidupan mereka ya hahaha). Banjar, aura 'laki' nya merasuk bangetttt hahaha. Dan Geri, yah walaupun dia ...., (jujur ya, gue patah hati banget pas tau the truth ini) but still, i adore cowok yang namanya diambil dari nama danau ini. Buktinya gue ampe rela lompat-lompat ke next page demi tau kelanjutan tokoh Geri ini seperti apa. Tak lupa pula pengeksekusian scene-scene mulai dari yang ringan, dramatis, sampai yang klimaks pun yang menurut gue terasa pas. Pay attention to detail banget. Rasa-rasanya, i couldn't agree more  dengan endorsement yang diberi Raditya Dika di sampul belakang novel ini, bahwa keakuratan dan kedetailan eksekusi cerita membuat pembaca berasa benar-benar berada di negeri tulip tersebut.

    Hal menarik lainnya adalah adanya special footnote di sini. Footnote di NvO ini berbeda dengan footnote novel lain yang terkesan serius. Di NvO, footnote-nya berisi dengan jokes segar yang lumayan berhasil bikin kita cengar-cengir sendiri. Good deed.

    Tapi, tapi, tapi, sebenarnya agak sedikit terganggu juga ya dengan beberapa fakta yang baru dibuka di ending cerita.Menurut gue terkesan maksa. Kenyataan bahwa Banjar dan Daus 'dipaksakan' melepas Lintang dengan jalan...(ah, baca sendiri deh), demi supaya Lintang dan...(ah, baca sendiri aja deh) bisa bersatu. Ganjil aja rasanya :(.

    Tbh, ketika membaca buku ini, sebenarnya i feel a lil bit disturbed juga dengan beberapa kesamaan cerita dalam novel Gading-Gading Ganesha oleh Dermawan Wibisono. Bukan apa-apa, tapi beberapa bagian dalam novel yang ditulis oleh dosen petinggi di ITB tersebut memang terasa agak mirip dengan NvO. Gading-Gading Ganesha terkesan ngikut-ngikut dengan jumlah tokoh yang sama-sama lima orang, latar belakang tokoh yang miskin dan kaya (heeeh, ini mirip banget. Bandingkan Ria dan Benny dari Gading-Gading Ganesha dengan Lintang dan Geri dari NvO), penokohan dan pengkarakteran yang tabiatnya pun mirip-mirip, tema yang concern ke kehidupan kuliah, dll. Tapi tenang saja, NvO lahir lebih dulu daripada novel itu. Dan lagi, sorry to say, cerita yang dihasilkan NvO (amat sangat) jauh lebih 'hidup' dibandingkan Gading-Gading Ganesha. Hehehe. No sulking.

    These are the main root of four stars I give without any doubt.
    Read More...

    [SHORT REVIEW] I Owe You Love by Sarah Dezaky

  • Sabtu, 09 Agustus 2014
  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Data Buku
    Judul: I Owe You Love
    Penulis: Sarah Dezaky
    Publisher: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
    Cetakan pertama: Juli 2014
    Jumlah halaman: 240







    Ringkasan Cerita
    Sassy dan Luthfi, newly wed yang sebenarnya tidak pernah cocok. Terlalu banyak perbedaan yang menjulang tinggi di antara mereka. Sassy cerewet, Luthfi cuma ngomong sesekali. Sassy suka pedas, Luthfi alergi pedas. Sassy rapi dan teliti terhadap suatu hal, Luthfi berantakan dan never pay attention to detail. Sassy peduli dan ramah pada lingkungan, Luthfi apatis level akhir. Sassy seorang sanguinis, Luthfi sudah pasti tergolong plegmatis.

    Dan semua perbedaan-perbedaan itu menjadi batu sandungan yang muncul ketika mereka mulai hidup berumah tangga. Ditambah lagi dengan kedatangan seseorang dari masa lalu Sassy, Adit, menambah kepelikan maalah yang terjadi. 

    Luthfi tau, meskipun Sassy memilih menerima lamarannya, namun sepertinya hati wanita itu masih terikat pada Adit. Dan Sassy, terlalu banyak pertengkaran yang disebabkan perbedaan sifatnya dengan Luthfi membuat ia gamang, haruskah ia kembali pada Adit, atau justru keep staying on Luthfi's side untuk membayar lunas hutang cintanya pada pria pendiam itu?


    Review dan Komentar
    Kalo gue nggak salah, gue menyelesaikan novel ini cuma dalam dua jam, dari jam delapan pagi sampai jam sepuluhan. No interlude at all.

    Karena buku ini dibeli dengan beberapa buku lainnya, gue memutuskan untuk membaca lebih dulu buku lainnya, yaitu His Wedding Organizer by Retni SB.

    Tapi, baru beberapa halaman, kok gue makin tertarik untuk pindah hati ke I Owe You Love, ya?

    Dan akhirnya, officially, gue memilih untuk mengesampingkan kisahnya Adra dan Harsya dalam His Wedding Organizer yang udah lebih dulu gua pretelin segelnya dan udah gua baca beberapa halaman demi buku yang cover dan blurb-nya asik asik joss ini.

    Dan ternyata alhamdulillah i didn't make a wrong decision.

    Superb.

    Gilsyaw, keren abis, loh. Keahlian penulis meramu tema yang sebenarnya sudah lumayan mainstream ini menjadi sebuah cerita yang amat menarik untuk dibaca patut diacungi jempol. Temanya mungkin sudah biasa: pasangan banyak perbedaan, kemudian banyak masalah datang, ditambah masa lalu menghantui. Tapi gaya Sarah Dezaky bercerita beneran enak kok. Dialog-dialog yang dibuat nggak picisan. Diksi yang dipilih sedap. Penokohan dan sifat yang disematkan ke masing-masing tokoh juga terasa pas dan nggak lebay.

    Hasilnya? Gue suka luar biasa sama Sassy, apalagi sama Luthfi Syahbana ❤. Hahaha. Bahkan beberapa bab-bab terakhir benar-benar menguras emosi luar dalem. Bikin yang baca jumpalitan ngebacanya.

    Kayaknya ini novel debut, ya? Oke, kalau gitu, no worries, buku-buku Sarah Dezaky yang selanjutnya akan masuk ke daftar perburuan!

    Damn highly recommended

    Eh iya, i just realized kalo di novel ini ga ada halaman ucapan terimakasih dan biodata singkat penulis. Jadi, cover depan, kertas judul depan, langsung mulai bab prolog. Di akhir buku juga gitu. Nggak ditemukan biografi singkat penulis seperti buku-buku lainnya.

    Rating yang gue beri di GoodReads: 4 of 5 dan baca review GoodReads gue tentang ni buku di sini
    Read More...

    [SHORT REVIEW] Lovely Proposal by Christina Juzwar

  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Data Buku

    Judul: Lovely Proposal
    Penulis: Christina Juzwar
    Publisher: Bentang Pustaka (Pustaka Populer)
    Cetakan pertama: Januari 2013
    Jumlah halaman: 371






    Ringkasan Cerita
    Karla Adelia, pemilik Kedai Nona yang tahun ini genap berumur 31 tahun didera keinginan yang kerap menghantui tiap wanita seusianya: menikah. Sayangnya, Mario, lelaki-yang-lima-tahun-lebih-muda-darinya yang sudah dipacari sejak lima tahun lalu tak kunjung melamarnya. Worse, Mario justru memutuskan Karla secara sepihak!

    Karla gamang. Di satu sisi, ia masih mencintai Mario sepenuh hati, tetapi di lain sisi, kedatangan pria-pria silih berganti seperti Paul, pemred majalah kuliner dan Charles, owner hotel bintang lima yang mati-matian jatuh cinta pada Karla juga rupanya cukup mewarnai hari-hari wanita cantik itu
    .
    Oh ya, jangan lupakan kehadiran Evan Handojo, best friend ever-nya Karla yang selalu ada di tiap susah senang. He keeps surprising all time.

    Jadi, sama siapa akhirnya Karla bakalan married? Charles, Paul, Mario, atau justru Evan? Juga sebenarnya apa alasan Mario memutuskan Karla saat ia justru sedang sangat ingin menikah?


    Komentar dan Ulasan
    Kalau sedang main ke bookstore, sering juga sih sebenarnya melihat nama Christina Juzwar di sampul-sampul novel, tertera sebagai penulis. Tapi, ini pertama kalinya gua baca tulisannya.
    Dan hasilnya.....
    ...
    ...
    ...
    ...
    ...
    ...
    ...
    ...
    ...
    ...
    Kesel.
    Kesel kenapa gua nggak baca ini dari dulu. Hahaha. Kewl!

    Lo bosen ngeliat orang terlibat relationship, tapi si cowo selalu biasanya yang lebih tua daripada si cewe? Instead, you shud read this. Karena novel ini menyediakan kebalikannya. Unik.
    Karla ini pastinya cantik, awet muda, hip dan seksi banget lah, ya. Kalo nggak, mana mungkin juga Mario, si ganteng yang notabenenya lima tahun lebih muda bisa jatuh cinta jungkir balik luar dalem sama Karla. Bayangin, lima tahun woy. Ehem, lumayan juga kan gap-nya. Hahaha.

    Ide cerita yang diangkat, dialognya yang cerdas dan bermutu, gaya nulisnya yang nggak bikin hoam alias nguap, penokohannya yang seimbang, semuanya gua suka. Sori, bukan lebay. Tapi memang gitu kenyataannya. Segala macam emosi bertaburan di tiap scene. Kesel, seneng, sedih, manis. Gua yang udah dengan sotoynya nebak-nebak beberapa hal dalam buku ini, ujung-ujungnya dibikin malu sendiri karena salah tebak. Unpredictable stuffs happen much here. Contoh nih, gua kira awalnya karena Mario itu brondong jadi orangnya slengean, gatel, bad boy blablabla. Taunya? Tet tot! Salah! Terus gue pikir tokoh Mario bakal cuma berperan ampe pertengahan buku aja dan perannya ga bakal disinggung-singgung lagi. Eeeh, taunya....big big big wrong (lagi)! 

    Tapi, walaupun bab-bab terakhir ngocok emosi kita banget, harus gue akui, gue nggak mengharapkan ending seperti itu yang terjadi.

    Tbh, kalo penulisnya baca ni review: Dear, Kak Christina, actually gua lebih suka Mario loh daripada si Evan hehehe. Saking sukanya, ampe di awal-awal baca, gue sampe curi-curi buka halaman selanjutnya saking penasaran sama kelanjutan si brondong ini. Hehehe

    I'll precisely bring this book to my favo-category.

    Mario, sama gua aja yuk. Eh, lupa, kamu kan udah....
    LOL.

    Rating yang gue beri di GoodReads: 4 of 5 dan baca review GoodReads gue tentang ni buku di sini
    Read More...

    [SHORT REVIEW] Shit Happens: Gue yang Ogah Kawin, Kok Lo yang Rese?! by Christian Simamora dan Windy Ariestanty

  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Data Buku
    Judul: Shit Happens: Gue yang Ogah Kawin, Kok Lo yang Rese?!
    Penulis: Christian Simamora dan Windy Ariestanty
    Publisher: GagasMedia
    Cetakan Pertama: 2007
    Jumlah Halaman: 310

       




    Ringkasan Cerita
    Ini cerita tentang tiga sahabat dengan profesi editor, penulis, dan jurnalis yang memiliki masalah hidup yang berbeda-beda. Langit yang masih shock therapy (sekaligus in love) karena tahu cowonya adalah gay, Lula yang nggak terima karena mantan pacar mendahului doi kawin duluan (dengan cewe yang dianggap Lula sebagai saingannya pula), dan Sebastian yang belom juga dapet pacar padahal udah ditanya melulu ama nyokapnya kapan kawin. 
     
    Lula : I have a good job, I’m pretty, and, believe me, I’m not an airhead Paris-Hilton-like girl. I’m all what men need. Tapi, kenapa nggak ada cincin di jari manis gue?
    Sebastian : Mangoli (nikah)… cuma itu yang ada di pikiran Mama akhir-akhir ini. Katanya, menikah itu sumber kebahagiaan. Talk to yourself, Mom. Your marriage isn’t a picture of a happy life. Kenapa sih terus-terusan maksa aku nyari calon parumaen (menantu) dan menikah secepatnya? 
    Langit : We were a perfect couple. ‘till, I found his affair. Then, he left me. He chose his latest partner, not me. This is my question. WHY ?


    Komentar dan Ulasan  
    Ini murni subjektivitas komentar gue... 

    Tau deh, mungkin karena gue merasa blurb-nya bagus,  so i expect too much, then it doesn't happen :( Jadi ceritanya gue udah terlanjur ngarep duluan bahwa tokoh-tokoh dan jalan ceritanya bakalan menyenangkan, ternyata enggak :(

    Langit, Lula, Sebastian. Ketiga-tiganya nggak ada yang memenuhi harapan. 

    Langit, blaaah...masalah dia yang galau menentukan gendernya menurut gue sama sekali bukan konflik yang 'wow'. 
    Lula, maksudnya mungkin karakter Lula ini mau dibikin jadi cewek metropolitan yang super hip, yang playgirl, tapi kok malah jadi gatot alias gagal total. Sense 'cewe gaul' nya malah terasa fail abis. 
    Sebastian, yang gue harepin bakalan laki banget, eeeh ga taunya doi klemar-klemer lembek. Gay pula. Yahhh, nambah bertumpuk deh kekecewaannya.

    Semestinya gue udah nyangka, karena dari halaman awal aja, kening gue udah mulai dibikin berkerut dengan pembahasan mereka bertiga tentang "jemski" dan "ilalang" yang menurut gue persis obat nyamuk bakar, muter-muter ga ada ujungnya (omg, it's such a new diction of me. hahaha). 
    Segi cerita juga ga tau kenapa ga berbekas, kayak enggak aja gitu. Konflik yang muncul, mulai dari aksi balas dendam Lula dengan mantannya yang mo merit, Seb dengan orientasi seksualnya, Langit dengan ketidakyakinan jenis gendernya, semuanya cuma bisa bikin kita, khususnya gue, bergumam...

     'ih...apasih...'

    Overall, blurb-nya tidak sebagus isi aslinya. Trust to me when i say, deh. 


    Rating yang gue beri di GoodReads: 2 of 5 dan baca review versi GoodReads gue di sini
    Read More...

    #BuleHunter

  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Ikutan kuis #BuleHunter yang diadain sama @thebulehunter, semoga hoki, ya hehehe.

     1) Siapakah nama lengkap penulis #BuleHunter ?
    -Oktofani Elisabeth

    2) Sebutkan judul lengkap dari #BuleHunter (tagline dari #BuleHunter )! (clue: ada kok di cover buku)
    -Bule Hunter (Kisah Para Wanita Pemburu Bule)

    3) Sebutkan minimal dua nama yang memberi endorsement untuk buku #BuleHunter !
    -Jessica Huwae
    -Jenny Jusuf

    4) Apakah nama website #BuleHunter dan alamat web laman Facebook #BuleHunter ? 
    -www.bulehunter.com
    -www.facebook.com/thebulehunter

    5) Baru-baru ini penulis #BuleHunter muncul sebagai tamu talkshow radio di Yogyakarta. Apa nama radionya?
     -Radio Swaragama Yogyakarta

     6) Artikel di blog http://BuleHunter.com mana yang jadi favorit kamu? Alasannya? 
    -Artikel  'Cinta Perempuan Bertampang Babu'.
    Kenapa pilih yang ini? Menurut saya artikel ini unik, karena berani mengangkat salah satu stereotipe paling ngetop di Indonesia: bahwa bule rata-rata emang suka sama cewek yang mukanya biasa aja alias di bawah standar! xD


    Kenapa gue harus ngedapetin nih buku? Huh, rhetorical question. Gue cape-cape ngetik jawabannya sepanjang gaban gini ya jelas karena karena gue ngerasa jodoh banget lah sama nih buku. Why? Gue menggemari bule juga gitu loh. Apalagi bule macem om Ben Affleck, David Gandy, Arthur Kulkov, Danny O'Donoghue, and so many more.
    Makanya gue penasaran, kira-kira nih buku bisa jadi pedoman yang baik nggak ya untuk gue dalam memperjuangkan cinta bule-bule ganteng nan mapan? Hehehe :p
    Read More...

    6 Novel Indonesia Dengan Cover Paling Atraktif

  • Minggu, 11 Mei 2014
  • by
  • Alya Nurhafidza
  • Singkat aja ya. Udah lama juga ga nge-blog.

    Jadi malem ini gue mau nulis tentang novel-novel Indonesia dengan sampul alias kover paling menarik. Karena gue termasuk salah satu penganut sekte kover-buku-kudu-keren-jangan-alay-baru-pantes-dibeli, maka gue putuskan saja coba-coba bikin list enam novel Indonesia yang menurut gue kovernya tuh, ehm, 'ngundang' banget buat dibeli. Cover adalah nyawa buku. Dari cover, seseorang bisa memutuskan buat membaca sinopsis buku atau enggak baru kemudian memutuskan untuk membeli atau enggak. Menurut gue, alur yang dilalui seseorang dalam membeli sebuah buku adalah: liat cover -> baca sinopsis -> tertarik beli/nggak. Liat kan? Betapa sebuah cover bisa influence someone to buy or not.

    Kalo ada idiom yang bilang "Anak muda, don't judge the book by its cover", alah, persetan dengan idiom kayakgitu. From my point of view, judge-lah book dari covernya! Huh! *iket tali rapia di kepala*

    Ah, kelamaan ngocehnya gue! Langsung aja nih:

    6) Runaway Ran, Mia Arsjad (Gramedia, 2012)

    Satu kata untuk cover novel ini: lucu dan unik! Oke, itu tiga kata, ya. Ralat. Tiga kata untuk novel ini: lucu dan unik. Iya, pertama liat buku ini di rak new arrival Gramed, ni buku seakan-akan mendesah-desah manja, "Tarik gue dong, Aaal. Tarikkkkk...". Maka tanpa ragu gue tarik satu dari sekian tumpukan. Dan begitu liat nama Mia Arsjad dengan tinta biru tercetak di atasnya, gue nggak pake ragu lagi langsung baca sinopsis di belakang buku ini dan kemudian memutuskan untuk menukar buku ini dengan sejumlah uang di dompet gue.


    5)Restart, Nina Ardianti (GagasMedia, 2013)


    Pertama tau ni buku dari akun twitter salah satu toko buku online. Restart. Dari judul aja udah keren. Udah kayak komputer butut aja kan minta di-restart restart terus. Terus gue buka twitpic sampul bukunya. Emmmhhh...minta dibeli bangetttttt. Lucu lah covernya gitu, cuma gambar seperangkat alat sholat, eh, seperangkat alat musik maksud gue, ditambah warna merah yang mendominasi. Polos gitu. Seneng banget liat novel-novel dengan cover model simple begini. Kagak keramean desain covernya. Jadi kesannya adem gitu. Ditambah tagline-nya: "Semua orang pernah patah hati, all you have to do is move on". Udah deh, udah deh, bungkuuus dah, cocok bener buat patah hatiers-patah hatiers (emang ada patah hati-ers?) macem lo lo padaaaaa.


    4) Apa Maksud Setuang Air Teh A.M.S.A.T., Syahmedi Dean (Gramedia, 2009)



    Sastra klasik. Iya, otak gue automatically langsung menganalogikan novel terakhir dari tetraloginya Om Dean ini dengan buku sastra klasik. Suka banget melihatnya. Simple abis dengan judul yang ditulis kapital semua, terus gambar secangkir teh lengkap dengan percikan air teh-nya sekalian. Kemudian didominasi warna merah. Cool. Sayangnya, edisi cover baru ini bener-bener dirombak abis. Cetakan ke-berapaaa gitu, gue lupa, dibuat dengan cover baru plus penambahan judul. Kalau kalian pernah denger atau justru punya novel Monsoon, nah Monsoon itulah AMSAT versi baru. Didominasi warna soft blue, dengan wajah Raisa (salah satu tokoh utama dari tetratogi ini, dan kebetulan AMSAT ini adalah kisah tentang Raisa) menjadi point of matter dari cover baru novel ini. Dan ngeselinnya lagi, yang sekarang lagi bercanda haha-hihi bareng novel-novel lain di rak buku gue ya AMSAT edisi cover baru alias Monsoon. Ggggrraaauugh!

    Ke-simple-an desain AMSAT cover lama inilah yang ngebuat gue dengan mengucap basmalah memasukkan AMSAT ke list '6 Novel Indonesia Dengan Cover Ter-Kewl' versi On The Spo*. Ya nggaklah, begoooo, versi gue ini.


    3) All You Can Eat, Christian Simamora (GagasMedia, 2013)

    Duilehhhh...berasa orang dewasa bener gue baca buku novel dengan sampul beginian, padahal umur juga belom kepala dua *benerin kacamata bold-frame*. Nih cover bukunya Bang Christian bener-bener 'attractive' dah. Persuasif gitu. Dan kontennya juga ternyata sebagus covernya. Kalo gue perhatiin, kayaknya semua novel Christian Simamora (kayak Pillow Talk, Good Fight, dan sejenisnya) emang covernya keren-keren deh. Yang nggak kalah 'dewasa' adalah cover Pillow Talk dan 'Guilty Pleasure' (yah, walaupun Guilty Pleasure belon terbit). Yah, pertahankan lah, Bang, ciri khas cover lo yang seperti ini. Keren soalnya.


    2)Antologi Rasa, Ika Natassa (Gramedia, 2011)


    Weits, tapi dengan catatan, Antologi Rasa yang udah cover baru ya. Kayak yang di gambar atas itu. Menurut gue, sampul buku ini keliatan serius banget. Tapi setelah baca kontennya, beh....Komentar temen gue pas doi ngeliat gue nyomot ni buku di Gramed, "Al, lo ngapain beli buku kedokteran?"

    See? Nyampe dikira buku kedokteran, coba. Dan Ika Natassa beneran jago banget bikin konten sama cover kagak jomplang alias sama-sama keren. Di buku inilah berlaku peribahasa: "Kover yang keren menggambarkan isi cerita novel yang nggak kalah keren".

    Sekarang masalahnya, emang ada peribahasa kayakgitu?


    1) Travelers Tale: Belok Kanan Barcelona, Adhitya Mulya (GagasMedia, 2007)
    Dan inilah salah satu buku yang luar biasa meng-impress gue untuk BELI saat pertama kali liat covernya. Pas gue cari di Gramed kota gue, eh udah nggak ada lagi. Maklumin lah, keluaran 2007. Akhirnya gue beli di online book shop langganan gue. Lumayan susah juga nyari ni buku. Seneng banget waktu @bukubukularis bilang mereka masih menyediakan buku ini.

    Personally, gue bakal bilang kover buku ini kesannya klasik dan mancing banget buat dibeli. Eh, gue ralat, bukan klasik, tapi BERKELAS. Doh, kalo Mas Adhitya Mulya, Mbak Ninit, Mas Iman, ataupun Mbak Alaya baca nih postingan, kalo bisa gue dikirimin paketan novel kek. Liat tuh, gue nulis 'berkelas' nya aja pake capslock. Eh, tapi gue serius lho, terlepas dari mau dibaca sama Mas Adhitya dkk ataupun enggak, emang sampul buku ini keren banget. Sayangnya, cetakan ke-berapa belas gitu, buku ini udah mulai menggunakan cover baru. Dan i strongly believe kalo edisi cover barunya itu nggak semantep cover lama ini. Dan parahnya lagi, yang sekarang lagi berbaring-baring indah di rak buku gue itu ya yang edisi cover baru. Blaaaahhhh, sedih!


    Itu dia enam novel dengan cover paling persuasif pilihan gue. Pilihan lo?



    Read More...
    free counters

    About Me

    Foto Saya
    Alya Nurhafidza
    Indonesia
    keen on my own world
    Lihat profil lengkapku

    AddThis