-

RENUNGAN BUAT KITA SEMUA

Posted on
  • Minggu, 09 Januari 2011
  • by
  • Alya Nurhafidza
  • in
  • Posting ini lumayan menyentuh hati...makanya gua kutip. Masih gua kutip dari blog yang gua follow. Tak lain dan tak bukan adalah www.terselubung.blogspot.com
    Check this out ! Enjoy this is !



    "Seumur hidup kita menggendong orangtua di pundak kita, tidak akan bisa membalas jasa-jasa orang tua kita"

    Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

    Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan
    membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
    ini justru sebaliknya.

    Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini
    justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat
    sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling
    indah di dunia.

    Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
    anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
    seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
    nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:

    "Makanlah nak, aku tidak lapar"
    KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

    Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
    senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap
    dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
    untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
    dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk
    disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
    yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
    seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
    memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
    berkata:
    "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"
    KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
    Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
    ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
    ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
    menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari
    tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan
    gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata
    :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.
    "Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"
    KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

    Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
    ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu
    yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
    beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
    selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
    disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
    dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat
    ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu
    sambil menyuruhnya minum.
    Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"
    KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

    Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
    sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
    dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita
    pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat
    kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati
    yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
    maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat
    kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
    menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
    nasehat mereka,

    Ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
    KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

    Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
    bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
    mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
    sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
    bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
    memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
    tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut.
    Ibu berkata : "Saya punya duit"
    KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

    Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
    memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
    sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
    perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
    ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
    bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku :
    "Aku tidak terbiasa"
    KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

    Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
    harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra
    atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
    melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
    operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
    kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
    karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
    menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
    Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit
    sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan
    tegarnya berkata :
    "Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan"
    KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

    Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
    menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya
    percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali
    mengucapkan : " Terima kasih Ibu ! "

    Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
    ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
    untuk berbincang dengan ayah ibu kita?

    Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
    beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita
    selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan
    dengan pacar ('afwan yah nyindir yg pacaran), kita pasti lebih peduli
    dengan pacar. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar, cemas
    apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
    samping kita...??

    Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas
    apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah
    bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan
    kembali lagi...

    Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik.

    Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.


    0 komentar kamu:

    Posting Komentar