Judul: Negeri van Oranje
Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana
Publisher: Bentang Pustaka
Cetakan pertama: April 2009 (cetakan edisi I) dan Juni 2014 (cetakan edisi II)
Jumlah halaman: 575
Publisher: Bentang Pustaka
Cetakan pertama: April 2009 (cetakan edisi I) dan Juni 2014 (cetakan edisi II)
Jumlah halaman: 575
Ringkasan Cerita
Stasiun Amersfoort, badai, keretek, dan takdir adalah empat hal tak terduga yang mempertemukan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri di negeri Belanda. Dengan latar belakang kehidupan masing-masing yang amat berbeda, Lintang si penari dengan gelar cumlaude sastra, Banjar si eksmud marketing manager perusahaan rokok, Wicak si aktivis di sebuah LSM kehutanan Indonesia, Daus si PNS di Departemen Agama, dan Geri si anak pengusaha konglomerat yang tajir melintir, maka hanya ada satu persamaan yang melintasi mereka semua: status mereka sebagai mahasiswa magister di Belanda.
Maka, nikmatilah cerita perjalanan mereka dalam menikmati hidup sebagai mahasiswa rantau di Eropa. Segala konflik dan rintangan yang muncul, mereka berusaha hadapi dengan tetap terus menjalin erat persahabatan mereka. Mulai dari semalaman begadang demi paper, lelahnya badan karena terpaksa kerja part-time, berjam-jam duduk dan saling berkirim pesan di surel dan milis mereka, saling dukung dan menyemangati, sampai akhirnya jatuh cinta diam-diam satu sama lain...
Review dan Komentar
Empat bintaaaangggg !!!
Mari beri tepuk tangan yang meriah untuk novel ini!
Selamat untuk keempat penulis yang sukses banget membuat sebuah cerita yang menarik dan menghibur pembacanya.
Gelar best seller yang disematkan di novel ini membuat gue jadi super penasaran mo nongkrongin isinya. Sayangnya, karena sudah tergolong dalam kategori novel lumayan uzur, agak sulit mendapatkannya di Gramedia kota sini (kecuali online book shop).
Sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu gue menemukan kabar gembira (no, stop saying kulit manggis, i will never have any worries to stab on you) di timeline @bentangpustaka bahwasannya NvO akan segera di-republish dengan penampilan yang jauh lebih fresh. Maka, here it is officially, di rak gue kini terjejer Negeri van Oranje edisi cetak ulang dengan cover yang 'distract pople to read'.
Dan ternyata nggak cuma cover yang looks gorgeous, isinya pun nggak kalah hypnotize ah-mazingly. Novel ini dilengkapi dengan pilihan diksi yang pas dan tak terasa aneh. Bukan cuma itu, gue merasa bahwa the way of authors talk to mengandung amat banyak ilmu tapi hebatnya tetap terkesan sederhana dan tidak menggurui. Padahal, setelah menutup novel ini, gue sadar betul banyak suntikan pengetahuan baru yang didapat. A powerful teamwork.
Cara Wahyu, Adept, Annisa, dan Rizki mengkarakterisasikan Lintang, Geri, Daus, Wicak, dan Banjar juga terkesan amat manusiawi. Nggak muluk-muluk istilahnya. Dan gue memberi standing ovation untuk karakter Banjar dan Geri yang sangat loveable (terlepas dari background kaya-raya yang menghiasi kehidupan mereka ya hahaha). Banjar, aura 'laki' nya merasuk bangetttt hahaha. Dan Geri, yah walaupun dia ...., (jujur ya, gue patah hati banget pas tau the truth ini) but still, i adore cowok yang namanya diambil dari nama danau ini. Buktinya gue ampe rela lompat-lompat ke next page demi tau kelanjutan tokoh Geri ini seperti apa. Tak lupa pula pengeksekusian scene-scene mulai dari yang ringan, dramatis, sampai yang klimaks pun yang menurut gue terasa pas. Pay attention to detail banget. Rasa-rasanya, i couldn't agree more dengan endorsement yang diberi Raditya Dika di sampul belakang novel ini, bahwa keakuratan dan kedetailan eksekusi cerita membuat pembaca berasa benar-benar berada di negeri tulip tersebut.
Hal menarik lainnya adalah adanya special footnote di sini. Footnote di NvO ini berbeda dengan footnote novel lain yang terkesan serius. Di NvO, footnote-nya berisi dengan jokes segar yang lumayan berhasil bikin kita cengar-cengir sendiri. Good deed.
Hal menarik lainnya adalah adanya special footnote di sini. Footnote di NvO ini berbeda dengan footnote novel lain yang terkesan serius. Di NvO, footnote-nya berisi dengan jokes segar yang lumayan berhasil bikin kita cengar-cengir sendiri. Good deed.
Tapi, tapi, tapi, sebenarnya agak sedikit terganggu juga ya dengan beberapa fakta yang baru dibuka di ending cerita.Menurut gue terkesan maksa. Kenyataan bahwa Banjar dan Daus 'dipaksakan' melepas Lintang dengan jalan...(ah, baca sendiri deh), demi supaya Lintang dan...(ah, baca sendiri aja deh) bisa bersatu. Ganjil aja rasanya :(.
Tbh, ketika membaca buku ini, sebenarnya i feel a lil bit disturbed juga dengan beberapa kesamaan cerita dalam novel Gading-Gading Ganesha oleh Dermawan Wibisono. Bukan apa-apa, tapi beberapa bagian dalam novel yang ditulis oleh dosen petinggi di ITB tersebut memang terasa agak mirip dengan NvO. Gading-Gading Ganesha terkesan ngikut-ngikut dengan jumlah tokoh yang sama-sama lima orang, latar belakang tokoh yang miskin dan kaya (heeeh, ini mirip banget. Bandingkan Ria dan Benny dari Gading-Gading Ganesha dengan Lintang dan Geri dari NvO), penokohan dan pengkarakteran yang tabiatnya pun mirip-mirip, tema yang concern ke kehidupan kuliah, dll. Tapi tenang saja, NvO lahir lebih dulu daripada novel itu. Dan lagi, sorry to say, cerita yang dihasilkan NvO (amat sangat) jauh lebih 'hidup' dibandingkan Gading-Gading Ganesha. Hehehe. No sulking.
These are the main root of four stars I give without any doubt.
0 komentar kamu:
Posting Komentar